Kamis, 29 Desember 2016

Tugu digulis (Pontianak, Kalimantan Barat)

Image result for tugudigulis
Pesona Wisata Tugu Digulis juga dikenal sebagai monumen Sebelas Digulis, atau Tugu Bambu Runcing, atau Tugu Bundaran Untan ( Universitas Tanjung Pura ) oleh warga setempat. Tugu dalam bahasa indonesia didefinisikan sebagai ‘ tiang besar dan tinggi yang dibuat dari batu, bata, dsb. Kata Tugu kemudian memiliki kaitan dengan monumen, yaitu sebuah bangunan yang digunakan sebagai tanda untuk mengingat peristiwa penting, peristiwa bersejarah, atau untuk menghormati orang atau kelompok yang berjasa.

Monumen ini didirikan sebagai peringatan atas perjuangan Sebelas Tokoh Sarekat Islam Kalimantan Barat yang dibuang ke Boven Diogel, Irian Barat karena khawatir pergerakan mereka akan memicu pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan. Pesona Wisata Kesebelas pejuang itu antara lain : Achmad Marzuki, Achmad Su’ud bin Bilal Achmad, Gusti Djohan Idrus, Gusti Hamzah, Gusti Moehammad Situt Machmud, Gusti Soeloeng Lelanang, Jeranding Sari Sawang Amasudin alias Jeranding Abdurrahman, Haji Rais bin H. Abdurahman, Moehammad Hambal alias Bung Tambal, Moehammad Sohor, dan Ya’ Moehammad Sabran.

Sejarah Tugu Digulis Pontianak

Monumen yang diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat H. Soedjiman pada 10 November 1987 ini pada awalnya berbentuk sebelas tonggak menyerupai bambu runcing yang berwarna kuning polos. Pada tahun 1995, monumen ini dicat ulang dengan warna merah-putih. Pesona Wsiata Penggunaan warna merah-putih ini menjadikan sebagian warga menganggap monumen ini lebih mirip lipstik daripada bambu runcing. Kemudian, pada tahun 2006 dilakukan renovasi pada monumen ini sehingga berbentuk lebih mirip bambu runcing seperti penampakan saat ini.
 Related image

Monumen ini didirikan sebagai peringatan atas perjuangan sebelas tokoh Sarekat Islam di Kalimantan Barat, yang dibuang ke Boven Digoel, Irian Barat karena khawatir pergerakan mereka akan memicu pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan. Tiga dari sebelas tokoh tersebut meninggal pada saat pembuangan di Boven Digoel dan lima di antaranya wafat dalam Peristiwa Mandor. Nama-nama kesebelas tokoh tersebut kini diabadikan juga sebagai nama jalan di Kota Pontianak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Author

About me